KERAMIK BAYAT SEBAGAI OBJEK PARIWISATA DAN SELEKTA KAPITANYA
Bayat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kecamatan ini berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan. Daerah ini merupakan salah satu daerah yang kaya akan kasanah budaya. Sehingga tidak jarang dijadikan sebagai tempat alternatif pariwisata Indonesia.
Terkait dengan hal tersebut, seperti yang kita fahami bahwa pariwisata merupakan suatu fenomena yang ditimbulkan oleh bentuk kegiatan manusia, yaitu kegiatan melakukan perjalanan / travel (Kodhyat, 1996). Berdasarkan hal itu maka perjalanan yang dikategorikan sebagai kegiatan wisata dapat dirumuskan sebagai sebuah bentuk perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi, atau untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dengan mendapatkan “upah“.
Berawal dari ketertarikan penulis mengkaji daerah Bayat Klaten menjadi pembahasan yang idealnya menjadi sebuah bahan refleksi serta diskusi dalam dunia pariwisata Indonesia, maka tulisan ini hadir untuk kemudian menjadi alternatif wacana untuk mendiskripsikan dan menganalisis perkembangan pariwisata secara sederhana. Obyek yang akan dikaji oleh penulis adalah terkait dengan perkembangan keramik Bayat serta peran serta dalam pariwisata di daerah tersebut.
Di Indonesia secara umum, Bali merupakan sebuah tempat pariwisata yang dapat dikatakan maju dan berkembang secara ideal. Jika penulis kritisi secara umum, maka akan timbul pertanyaan menarik untuk dibahas. Mengapa orang dari Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan beberapa warga negara lain datang berduyun-duyun ke pantai Kuta dan pantai Sanur di Bali? Bukankah di negara mereka sendiri terdapat banyak pantai yang mungkin saja pemandangan alamnya lebih indah daripada pemandangan pantai Kuta dan Sanur di Bali tersebut? Atau apakah Bali memang sebagai tempat terindah yang ada dan layak dilihat oleh khalayak dunia?
Bila kita kaji lebih dalam, ternyata yang menjadi tujuan para turis asing tersebut adalah ingin melihat kebudayaan Bali yang terkenal eksotik dan unik, yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat mereka. Bila Bali tidak menawarkan kebudayaan masyarakatnya yang merupakan cerminan local genius, mungkin tidak akan ada daya tarik para wisatawan untuk mengunjunginya. Hal itulah sebenarnya yang merupakan gambaran konkret dari konsep pariwisata budaya yang istilahnya sering disebut-sebut oleh para pengambil kebijakan (pemerintah) dan para akademisi, namun seringkali sulit untuk dijelaskan dalam definisi konseptual yang operasional, terutama dalam menyepakati konsep kebudayaan itu sendiri.
Menurut hemat penulis, bahwa dalam khazanah antropologi Indonesia, kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia yang diperoleh dengan cara belajar. Dalam pengertian tersebut, kebudayaan mencakup segala hal yang merupakan keseluruhan hasil cipta, karsa, dan karya manusia, termasuk di dalamnya benda-benda hasil kreativitas/ciptaan manusia. Namun dalam perspektif antropologi yang lebih kontemporer, Kebudayaan didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma dan nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat bersangkutan.
Dalam hal ini Bayat merupakan salah satu daerah yang memiliki daya tarik yang luar biasa jika diolah sedemikian rupa dan ditangani secara serius. Seperti contohnya adalah seni membuat keramik di Melikan yang mungkin hanya satu – satunya cara pembuatannya dengan teknik putaran miringnya sehingga membuat Prof. Kawasaki dari Negara Jepang turut ambil bagian untuk melestarikannya dengan membuatkan laboratorium keramik di sana. Hal tersebut menunjukan bahwa tempat ini memiliki sebuah nilai lebih dan menarik untuk dikaji lebih jauh. Setidaknya hal tersebut yang melatar belakangi penulis untuk kemudian mengambil tempat ini menjadi kajian pariwisata dari perspektif perkembangan niai-nilai seni dan budaya Indonesia.
Deskripsi Produk Keramik Bayat Kelaten Jawa Tengah
Klaten adalah salah satu daerah penghasil kerajinan yang cukup besar. Berbagai barang-barang kerajinan tangan (handicraf) seperti Lukis Payung, Lukis Kaca, Gerabah, kerjainan bambu, meubel dan masih banyak lagi komoditi kejainan yang dihasilkan oleh masyarakat Klaten. Salah satunya adalah di desa Bayat. Di daerah ini terkenal sebagai penghasil keramik. Berbagai macam barang kermaik tersedia, mulai dari celengan (tempat menyimpan uang), kendi (tempat air minum), meja kursi taman, guci, sampai berbagai bentuk benda keramik jiplakan dari Cina.
Daerah Bayat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dan Kasongan Jogyakarta memang agak mirip, hal itu dikarenakan terjadi pertukaran benda-benda keramik dari Kasongan, Bantul, Yogyakarta, dengan produk keramik dari daerah Bayat, Klaten. Ada kerja sama antara perajin Bayat dengan Kasongan. Banyak penjual di daerah ini menjual keramik dari Bayat juga menjual produk keramik dari Kasongan yang meniru-niru produk keramik Cina.
Ada perbedaan antara produk keramik Kasongan dan Bayat. Kalau produk keramik Kasongan mirip-mirip Cina seperti guci dan meja kursi, produk Bayat lebih ke etnik yang pembuatannya lebih rumit, khususnya dalam ornamen relief yang lebih bernuansa Jawa, tanpa nuansa warna-warna cerah. Namun, harga keramik dari Bayat lebih tinggi dibandingkan dari Kasongan. Dan kita tidak boleh saling meniru meskipun masing-masing perajin bisa membuatnya.
Para pedagang keramik di sini mengaku sering mendapat pesanan dari warga asing yang datang langsung ke rumahnya, mulai dari lampu taman, variasi kendi, mangkok, piring, dan lainnya. Pesanan setiap produk keramik berkisar sampai dengan ribuan buah keramik.
Pengaruh krisis dan ditimpa peristiwa pemboman di Bali, para pedagang keramik disini merasakan tak pernah lagi mendapat order dari turis asing. Tetapi pesanan dari kota-kota lain seperti Yogyakarta, Semarang, dan lainnya tetap ada walaupun sedikit. Mereka mengaku sering mendapat order dari restoran atau kafe membuat piring dan mangkok antik. Sepertinya merebaknya budaya cafe dan minum kopi berpengaruh juga terhadap orderan mug, mangkuk dan piring di daerah ini.
Gerabah di Bayat juga telah di ekspor ke luar negeri. Setiap dua bulan atau sebulan sekali selalu ada pengusaha yang mengirim satu kontiner berbagai jenis produk gerabah dan keramikpaling banyak adalah untuk pasar Eropa.
Meskipun perkembangan gerabah Bayat sudah memasuki dunia keramik bahkan mampu menciptakan produk yang inovatif, bukan berarti tidak ada lagi perajin gerabah tradisional. Masih banyak perajin yang setia memproduksi berbagai jenis gerabah tradisional seperti kendi, celengan, serta mainan anakanak, mulai dari wajan, cangkir dan lainnya. Dengan peralatan sederhana setia memproduksi kendi dan celengan. Celengan dihargai Rp 300 per biji dan kendi Rp 500-Rp 1.000 per biji. Mereka dapat memproduksi 1.000 kendi dan 1.000 celengan setiap bulan.
Para pengrajin di Bayat dalam memberikan harga tergantung besar kecilnya keramik serta tingkat kesulitan untuk membuatnya. Harga keramik tersebut bervariasi antara Rp17.500,00 sampai Rp150.000,00/ buah. Walaupun seperti yang penulis bahas di atas bahwa pengrajin Bayat.
Dampak Negatif dan Positif Pariwisata serta Perkembangannya
Secara umum, pariwisata memiliki dampak negatif maupun positif. Dampak tersebut pada dasarnya alami dan proses akulturasi kemungkinan besar terjadi. Lokal Genius menjadi kunci sebuah daerah mampu bertahan dari pengaruh-pengaruh luar atau tidak. Dalam arti sebuah proses akulturasi tersebut dapat diminimalisir dari proses sebuah daerah mampu mempertahankan eksistrensi nilai-nilai budi dan daya masyarakat sekitar.
Persaingan global menuntut adanya modernisasi di sektor pariwisata. Hal itu perlu dilakukan agar wisatawan bersedia berkunjung dan merasa kerasan di kota yang dikunjunginya. Konsekuensi dari modernisasi ini adalah dibangunnya sejumlah fasilitas penunjang sektor pariwisata. Permasalahan muncul ketika pembangunan sektor pariwisata sedikit demi sedikit mengancam eksistensi dan kelestarian budaya lokal. Secara perlahan-lahan tetapi pasti masyarakat akan mengadopsi budaya yang lebih modern yang berasal dari luar budayanya sendiri.
Pergeseran sosial merupakan salah satu dampak pariwisata yang cukup kongkrit. Tetapi hal tersebut terjadi bukan hanya dikarenakan pengaruh dari datangnya budaya luar lewat pariwisata secara langsung. Tetapi kemajuan zaman lewat perkembangan teknologi yang pesat. Oleh karena itu dengan pengaruh-pengaruh media baik elektronik maupun cetak, membuat perubahan masyarakat yang cukup signifikan. Perubahan terjadi salah satunya dalam bentuk penghargaan tentang waktu sehingga mayoritas masyarakat banyak yang berfikir praktis. Menurut hemat penulis, maka akan dikaji secara obyektif hal-hal terkait dampak pariwisata budaya di Bayat Klaten pada khususnya.
Hal itu menimbulkan masalah tersendiri. Kebanyakan wisatawan datang ke Indonesia pada umumnya bukan pertama-tama untuk menikmati suasana modern, melainkan justru untuk mengenal dan menikmati suasana dan kebudayaan lokal. Jika yang dicari adalah suasana modern, kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Batam menyediakannya. Maka, jika secara perlahan-lahan kebudayaan lokal tergeser, dapat dipastikan bahwa lama kelamaan wilayah tersebut akan kehilangan aset untuk ditawarkan pada para wisatawan. Tak ada lagi kekhasan Bayat Klaten sebagai salah satu lokasi wisata berbasis seni dan budaya yang dapat dikedepankan untuk menarik wisatawan.
Kemajuan pariwisata budaya di Kabupaten Klaten , dua puluh tahun yang lalu, anak-anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajar tari golek, , jatilan , dan juga belajar menjadi dalang baik menjadi dalang wayang golek maupun wayang kulit Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual kehidupan selalu diundang pentas sebagai hiburan budaya yang meriah. Dan Kantor Pariwisata sendiri berinisiatif mengadakan Lomba dalang cilik dan antusias anak – anak banyak yang berani tampil , namun saat ini apakah tidak adanya dana dari pemerintah daerah untuk mengadaklan kegiatan tersebut ataukah memang kurangnya animo anak – anak untuk mengikutinya.
Saat ini, ketika teknologi semakin maju, ironisnya kebudayaan di daerah Kabupaten Klaten hampir tidak terdengar lagi dan boleh dikatakan semakin lenyap di masyarakat, bahkan di televisi jarang ada dan tampil . Padahal kebudayaan di daerah Klaten banyak sekali dan layak untuk mendapat perhatian para sepuh dan sesepuh budaya, bila dikelola dengan baik selain dapat menjadi pariwisata budaya andalan di Kabupaten Klaten dapat menghasilkan pendapatan untuk masyarakat maupun pemerintah daerah, dan juga dapat menjadi lahan pekerjaan baru yang menjanjikan bagi masyarakat di Kabupaten Klaten.
Ada banyak cara sebenarnya untuk memajukan pariwisata di Kabupaten Klaten . Memang untuk memajukan pariwisata budaya bukan hanya tugas pemerintah semata akan tetapi juga peran dari masyarakat sangat dibutuhkan . Namun tentunya Pemerintah daerah atau Kantor Pariwisata dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Klaten , sebagai instansi pemerintah yang bertugas memajukan kebudayaan dan pariwisata daerah , memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sesuai dengan fungsinya harus berani dan tegas menentukan konsep, visi, dan misi budaya daerah Klaten.
Sesuai dengan semangat otonomi daerah yang menyerahkan tugas pengembangan kebudayaan dan pariwisata kepada Dinas Pendidikan dan Kebudyaan serta Kantor Pariwisata, sebagai ujung tombaknya , maka harus benar-benar menangkap pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagai peluang untuk memajukan masyarakat di Kabupaten Klaten . Sebagai contoh, dengan kekayaan budaya yang kita miliki, maka di daerah Klaten minimal dapat mendirikan satu pusat atau sentra pariwisata budaya yang dapat untuk ajang latihan maupun untuk menampilkan keanekaragaman budaya di masing-masing kecamatan ataupun desa . Bentuk konkretnya adalah didirikannya semacam Sanggar Seni dan Budaya di daerah Klaten .
Para Sesepuh Sepuh dan pengamat pariwisata dan budaya di daerah Klaten sudah saatnya untuk lebih mengutamakan kajian dan penelitian untuk merekomendasikan bagaimana memajukan kebudayaan dan pariwisata Klaten dibandingkan dengan kajian dan penelitian yang selalu memberikan kritik yang belum tentu konstruktif terhadap kebijakan pembangunan pariwisata dan budaya di Kabupaten Klaten alangkah baiknya kalau bisa urun rembug , duduk satu meja upaya apa yang lebih baik untuk melestarikan kesenian dan budaya yang terdapat di Kabupaten Klaten ini agar bisa tampil dan eksis kembali , jangan malah memberikan kritikan yang tidak ada jalan keluarnya yang justru menyebabkan ketakutan pada instansi pemerintah untuk mengambil kebijakan.
Peran serta masyarakat dalam pembangunan sentra-sentra budaya di masing-masing kecamatan kami harapkan peran sereta Camat sebagai kepala wilayah untuk dapat memberikan pembinaan , karena hampir di setiap Kecamatan di Kabupaten Klaten banyak terdapat kesenian maupun budaya peninggalan nenek moyang kita jaman dahulu kala , kelompok-kelompok kebudayaan dan kesenian yang akan dipentaskan harus bergiliran dan tidak dimonopoli oleh kelompok kesenian tertentu saja jadi tiap – tiap kecamatan di Kabupaten Klaten berupaya untuk tampil . Di samping itu, anggota masyarakat sekitar juga harus diutamakan untuk direkrut mengelola sentra budaya bersangkutan dengan diberikan pendidikan dan pelatihan terlebih dahulu.
Bila pembangunan pariwisata budaya di Kabupaten Klaten ini dapat segera dilakukan dengan terarah dan berkesinambungan, maka kelestarian budaya, inovasi dan kreativitas budaya di Kabupaten Klaten akan menjadi lahan baru yang berupa lapangan pekerjaan, pemasukan terhadap pendapatan daerah dan masyarakat adalah sumbangan penting yang dapat diberikan oleh bidang pariwisata budaya untuk kemajuan daerah yang lebih baik di masa mendatang.
Peran Serta Cinderamata Keramik Bayat dalam Pariwisata
Di dunia pariwisata, cenderamata menjadi salah satu bagian yang amat strategis untuk dikembangkan. Tanpa didukung adanya cenderamata yang khas, berkualitas, serta dengan harga yang mudah dijangkau oleh pengunjung, dapat dikatakan bahwa dunia pariwisata sepi dan kurang terasa khasanah budayanya. Hal tersebut dapat dilator belakangi dengan pola kebiasaan pengunjung untuk menjajakan uangnya yang dialokasikan untuk oleh-oleh ataupun kenang-kenangan. Dalam hal ini, cinderamata keramik Bayat ikut berperan meramaikan dunia pariwisata di daerah Klaten Jawa Tengah pada khususnya.
Sejak beberapa waktu yang lalu, cenderamata bahkan berperan penting dan menjadi bagian dari pencitraan daerah tertentu. namun untuk memaksimalkan jenis ini memiliki beragam kendala yang masih menghadang. Seperti rendahnya kualitas produk barang dan jasa pariwisata, termasuk industri kerajinan penghasil cenderamata, menyebabkan lemahnya daya saing khususnya di pasar wisata. Hal tersebut masih diperparah dengan mandulnya lembaga pendukung pasar, organisasi manajemen, kemitraan usaha, kerja sama investasi di bidang pariwisata, dan lemahnya penguasaan informasi yang menjadi kendala yang umum dan sering didengar namun perlu keseriusan untuk menanganinya. Selain itu, hal tersebut juga dikarenakan tidak optimalnya diversifikasi produk, usaha, permodalan, serta pemanfaatan teknologi.
Seperti yang pernah diungkapkan oleh Gubernur Jateng Ali Mufiz yang mengakui bahwasanya dampak dari kondisi kurang menguntungkan itu membuat produk kerajinan dari wilayahnya menjadi kurang memiliki daya saing. Belum lagi lemahnya perlindungan terhadap karya intelektual, terutama di bidang seni dan kerajinan. Itu semua semakin mengurangi akses dalam mengangkat industri kerajinan.
“Padahal jika dilihat secara umum, Jateng termasuk daerah wisata yang menghasilkan beragam bentuk cenderamata seperti batik dan patung-patung tokoh cerita pawayangan. Tetapi semua itu terkesan kalah bersaing dengan cenderamata impor yang belakangan beredar di beberapa pusat perbelanjaan yang banyak dikunjungi wisatawan, seperti boneka Barbie, mobil-mobilan, dan lain-lainnya," ujar Ali Mufiz.
Terlebih saat ini, sudah cukup banyak produk kerajinan asli Indonesia yang didaftarkan hak kekayaan intelektual oleh negara lain. Serta masih adanya sikap sebagian masyarakat yang cenderung lebih mencintai produk impor ketimbang produk lokal.
Dalam hal ini, pemerintah Jawa Tengah idealnya mengambil langkah-langkah inovatif sebagai salah satu jalan tengah dan memperbaiki situasi dan kondisi yang kurang baik tersebut. Mengingat peran serta dari dunia seni kerajinan dalam pariwisata cukup berperan. Oleh Karen itu, dengan cara memberikan fasilitas untuk meningkatkan SDM industri kerajinan, seperti peningkatan desain, teknis produksi, promosi, dan kemasan atau packaging, merupakan salah satu alternative efektif. Juga selain daripada itu dengan cara menjembatani terjalinnya kemitraan dengan para stake holder kerajinan serta lembaga terkait, seperti dinas/instansi, Dekranasda, balai kerajinan, klinik HKI, klinik desain dan kemasan.
Hal lain yang patut diperhatikan adalah menggerakkan seluruh potensi, baik swasta, profesional, maupun masyarakat, bagi pengembangan kerajinan seni dan budaya daerah Bayat khususnya. Kemudian melakukan diversifikasi produk, harga, dan eksplorasi pasar potensial, serta menjaga pasar yang sudah terbentuk. Mengembangkan jaringan keterkaitan regional antar karakter produk dengan zona tematis yang mengacu pada konsep pengembangan pariwisata tanpa batas.
Jateng pada tahun 2008 sudah menetapkan tekad untuk mengembangkan produk yang berbasis budaya dan alam sebagai objek sentral dan distribusi wisatawan. Antara lain, melalui program pengembangan produk dengan penataan usaha produktif masyarakat lokal di lingkungan objek wisata, meningkatkan kandungan bahan baku lokal dan penggunaan produksi dalam negeri dalam rangka penghematan devisa serta mendorong kemandirian. Selain itu, juga mengembangkan SDM sektor perindustrian secara intensif melalui transformasi dan teknologi dengan penataan dan penguatan kelembagaan dalam rangka pengamanan proses industrialisasi menuju perdagangan bebas.
Berbagai produk kerajinan unggulan dari Jateng yang bisa diandalkan untuk memacu perkembangan sektor pariwisata tersebar di berbagai daerah. Seperti batik, lokasinya menyebar di Kota Surakarta, Semarang, Kabupaten Pekalongan, Tegal, Rembang, Banyumas, Klaten, Sragen, Kebumen, dan Wonogiri.
Ali Mufiz menegaskan bahwa, "Hal lain yang tak boleh diabaikan adalah meningkatkan promosi dagang, baik di dalam maupun luar negeri, dengan memanfaatkan serta menciptakan keunggulan kompetitif guna menghadapi persaingan global,". Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep pengembangan pariwisata tanpa batas lebih mengacu kepada perkembangan promosi dagang lewat handycraft atau cinderamata dalam bentuk kerajinan. Kerajinan tersebut salah satunya adalah kerajinan keramik di Bayat yang merupakan produk unggulan di Klaten hingga menimbulkan ketertarikan salah satu profesor dari jepang yaitu Profesor Kawasaki.
Ancaman Bencana Alam Pada Perkembangan Pariwisata
Bencana alam merupakan salah satu ancaman yang cukup diperhitungkan dalam perkembangan pariwisata di tiap-tiap daerah. Bahkan hal tersebut dapat menjadi kendala yang serius jika masyarakat atau pemerintah terkait bersikap apatis. Oleh karena itu, penulis akan memberikan deskripsi sederhana mengenai bencana alam dalam perkembangan pariwisata.
Pariwisata dalam hal seni dan budaya pada dasarnya memiliki peran yang cukup besar. Peran serta dalam hal kerajinan keramik di Bayat khususnya, mempunyai potensi besar untuk kemudian dikelola menjadi sebuah tempat wisata yang dikonsep secara ideal.
Dampak setelah terjadi gempa bumi berkekuatan sekitar 5,9 Skala Reacher pada 27 Mei 2006, kehidupan di Yogyakarta maupun Klaten mulai mencoba bangkit.. Bencana gempa bumi ini membawa korban meninggal dunia 5,716 dan kerugian material diperkirakan 29,1 trilyun. Kerugian material paling besar terjadi pada sektor tinggal, yaitu sebesar Rp 15,3 trilyun. Sementara sektor bangunan pribadi dan asset-asset produksi diperkirakan sebesar Rp 9 trilyun. Usaha-usaha produksi kecil dan menengah setidaknya mengalami kerugian sebesar Rp 4 trilyun.
Perajin keramik tanah liat di daerah Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah yang sempat terhenti proses produksinya, akibat terkena musibah bencana alam gempa bumi tersebut, telah mulai bangkit kembali meskipun belum sepenuhnya.
"Ketika terjadi musibah gempa bumi, usaha perajin di sini hampir semuanya tidak bisa produksi, karena rumah-rumah yang untuk memproduksi keramik itu juga ikut roboh rata dengan tanah, tetapi sekarang perajin keramik di sini sudah bisa mulai bangkit kembali meskipun belum semuanya," kata salah seorang perajin keramik di Bayat Sudarmi, di Bayat, Senin.
Pengrajin keramik di Bayat tersebut mengatakan sebelum ada musibah gempa bumi, di daerah tersebut ada sekitar seratus lebih perajin keramik, tetapi setelah musibah sekarang tinggal sekitar separuhnya yang produksi.
Sudarmi adalah salah satu contoh kecil akibat dari gempa bumi tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa bencana alam secara tidak langsung berdampak negatif terhadap perkembangan dunia pariwisata. Dalam hal ini, Bayat merupakan salah satu tempat pariwisata dalam bentuk seni dan budaya. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa bencana alam yang terjadi ditempat tertentu, juga dapat menjadi tempat wisata.
Saat ini pesanan sudah mulai membaik. Baik dari Surabaya, Jakarta, Bali dan Yogyakarta mulai menjadi pasar bagi para pengrajin Bayat. Walaupun tidak sediki9t yang sudah mulai membaik dan mampu memenuhi kebutuhan pasar asing. Namun terkait dengan wisatawan yang datang ke Bayat untuk sementara masih sepi tidak seperti sebelum terkena gempa. Ancaman bencana alam tersebut memang menjadi hal yang perlu difikirkan bersama. Setidaknya terdapat langkah untuk meminimalisir dengan cara mengkondisikan kesiapan masyarakat.
Peran Serta Pemerintah Dalam Dunia Pariwisata Bayat Klaten
Peran pemerintah pada dasarnya dibutuhkan oleh masyarakat dalam hal pariwisata. Hak dan kewajiban pada dasarnya memiliki hukum kausalitas. Dalam artian masyarakat pada dasarnya memiliki hak serta kewajiban yang sama sebagai warga negara. Idealnya pemerintah memiliki kewajiban dalam hal dunia pariwisata yangkemudian dikelola oleh masyarakat yang memiliki asas manfaat.
Pada dasarnya tanggung jawab pemerintah adalah mengatur atau membuat sebuah regulasi yang melindungi kepentingan pengusaha industri kecil khususnya, yang berkaitan dengan bahan baku. Banyak kasus di lapangan memperlihatkan naiknya harga-harga bahan baku hingga melamapaui kewajaran. Sehingga persoalan tersebut berdampak oleh pengusaha kecil dalam bidang pendanaan. Di beberapa tempat potensi untuk menyelesaikan pesanan masih ada, namun dana untuk proses produksi inilah yang tidak ada. Seorang pengepul gerabah di daerah Bayat, Wardi yang rumahnya hancur akibat gempa, menyatakan sebenarnya dia mau saja berproduksi kembali membuat gerabah. Apalagi sekarang sedang banyak pesanan, tetapi persoalannya adalah dana untuk berproduksi sama sekali tidak ada.
Peran dunia perbankan dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam hal ini menjadi sangat signifikan. Seperti di BUMN ada dana 3-5% dari keuntungan yang diperuntukkan untuk kemitraan dengan industri kecil sebenarnya bisa dimanfaatkan. Tetapi tidak semudah yang dibayangkan, walaupun ada berbagai janji tentang keringanan dalam pencairan dana kemintraan dengan BUMN.
Komitmen dari berbagai pihak setidaknya memberikan angin segar bagi pengusaha-pengusaha industri kecil. Harapannya komitmen ini tetap kuat sehingga kemungkinan hilangnya potensi bisa semakin diminimalisir. Persoalannya siapa yang akan menjaga agar komitmen berbagai pihak ini tetap kuat dan sesuai alur yang diharapkan oleh industri-industri kecil. Kemunculan berbagai komite, dan asosiasi sebenarnya adalah langkah maju bagi sebuah proses kontrol terhadap komitmen semua lapisan pengampu kepentingan.
Tingkat keperdulian pemerintah yang seharusnya merupakan hal yang wajar, namun belum terealisasikan secara ideal, maka bisa disimpulkan bahwa struktural sistem yang diterapkan harus segera di evaluasi ulang. Mengingat mekanisme hak dan kewajiban antara masyarakat dengan pemerintah belum berjalan seperti semestinya.
Dalam hal kepariwisataan pun pemerintah dirasa kurang serius dalam hal managerialnya. Sehingga dapat difahami bahwa pengelolaan dalam hal pariwisata cenderung minim. Hal tersebut dapat dilihat banyaknya pengelolaan pariwisata dikelola oleh pihak swasta. Dan terdapat indikasi atau hipotesa bahwa pengelolaan pariwisata dalam jangka panjang dapat dikuasai oleh pemilik modal besar kaum kapitalis. Dalam arti penguasaan pengelolaan pariwisata dikelola oleh orang asing.
SOLUSI PEMECAHAN DAN KESIMPULANNYA
Dampak pariwisata memang sangat komplek. Baik dalam struktur masyarakat maupun kebudayaan yang berpengaruh langsung pada lokal genius. Sistem interaksi dapat berubah seiring dengan proses akulturasi budaya karena dampak pariwisata secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu adanya solusi dalam membahas permasalahan tersebut secara aktif.
Secara umum dampak pariwisata memiliki pengaruh negatif dan positif. Dampak positifnya adalah adanya peluang usaha pada wilayah-wilayah sekitar baik dalam bentuk rumah penginapan (hotel), pedagang, guide, dan lain sebagainya. Pertukaran informasi dan teknologi juga pesat. Namun juga terdapat dampak negative diantaranya pudarnya local genius, akulturasi budaya yang tidak seimbang dan bahkan bertentangan dengan kebudayaan asal, pemahaman akan arti pentingnya pendidikan dan lain sebagainya. Hal tersebut memang menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji solusinya. Pembahasan dalam hal ini penulis batasi dengan pembahasan pariwisata Bayat Klaten sebagai pariwisata budaya dan seni.
Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret suatu bangsa/suku bangsa dengan masyarakatnya, yang merefleksikan keanekaragaman dan identitas dari masyarakat atau bangsa bersangkutan. Hal tersebut bila dikelola dengan baik dapat dijadikan sebagai potensi untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan memberdayakan dan memakmurkan rakyat serta memajukan daerah Klaten .Sayangnya, dalam wacana pariwisata budaya di tingkat daerah, yang seringkali dijadikan rujukan dan contoh olek pemerintah pusat adalah pariwisata di Bali. Seolah-olah hanya daerah Bali yang hanya bisa dimajukan pariwisata budayanya untuk menarik kunjungan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Tidak salah memang bila kita membanggakan keberhasilan Bali sebagai daerah tujuan pariwisata dunia yang telah menghasilkan sumbangan devisa terhadap negara dalam jumlah besar. Namun bila kita terjebak hanya mengandalkan satu daerah Bali saja, maka kemajuan pariwisata khususnya Kabupaten Klaten akan mengalami ketergantungan yang sangat tinggi terhadap daerah tersebut. Hal ini terbukti, ketika di Bali terjadi tragedi bom yang diledakkan oleh kaum teroris, maka penerimaan devisa negara kita di bidang pariwisata menjadi anjlok.
Bali sebagai tolak ukur pariwisata Indonesia memang bukan merupakan hal yang perlu diperdebatkan. Namun terkait dengan hal tersebut, pariwisata pada sektor lain juga perlu dikelola dengan maksimal agar mendatangkan manfaat bersama. Dalam hal ini perlu adanya kesadaran dari berbagai pihak. Baik masyarakat maupun pemerintah idealnya dapat bersinergi dalam mengelola pariwisata. Karena pada dasarnya jika sector pariwisata berkembang dengan baik, maka secara tidak langsung laju ekonomi di daerah tersebut juga berbanding lurus. Hal tersebut sama halnya jika Bayat sebagai salah satu sektor pariwisata berbasis seni dan budaya yang berkembang, maka perekonomian masyarakat sekitar setidaknya menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Selain mempertahankan local genius agar daerah tersebut memperoleh nilai tawar dalam dunia pariwisata, masyarakat sekitar yang bekerjasama dengan pemerintah idealnya dapat menjaga dan melestarikan nilai-nilai seni dan budaya. Sehingga menjadi stimulan wisatawan untuk datang ke tempat tersebut sebagai alternative lokasi wisata. Selain itu juga dapat menjadi filter akulturasi budaya yang kini dianggap lazim. Sehingga tidak semua budaya yang masuk diterima mentah, tetapi disesuaikan dengan adapt istiadat masyarakat yang sesuai dengan nilai dan norma yang ada.
Menurut hemat penulis, pengembangan pariwisata daerah tersebut perlu diarahkan pada pengembangan pariwisata yang berorientasi pada pelestarian budaya. Untuk menciptakan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada kelestarian budaya, ada sejumlah hal yang dapat ditempuh antara lain :
1. Penggalakan kembali festival-festival kebudayaan lokal.
2. Perlu adanya pemetaan tata ruang pariwisata.
3. Memberikan muatan lokal kebudayaan dalam kurikulum pendidikan di Bayat Klaten.
4. Pembentukan tim pemantau pengembangan pariwisata.
Jika berhasil diciptakan pengembangan pariwisata yang memperhatikan kelestarian budaya, dapat diyakini bahwa dari waktu ke waktu Indonesia pada umumnya dan Bayat Klaten pada khususnya, akan tetap mampu mempertahankan eksistensinya sebagai salah satu tempat pariwisata yang berkembang. Namun pergerakan tersebut harus selaras dengan tingkat keperdulian dan kesadaran masyarakat maupun pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Perajin Keramik Bayat Klaten Mulai Bangkit, www.kapanlagi.com /h/0000172701.html, 2007.
Melihat kondisi di industri www.studiokeramik.org/2008/04/melihat-kondisi-di- industri.html, 2009.
Robohnya Rumah Kami, Robohnya Pabrik Kami http://aneka ragam.blogspot.com/2007/03/robohnya-rumah-kami-robohnya-pabrik.html, , 2009.
Profesor Kawasaki 'Kepincut' Keramik Klaten, http://www.mediaindo.co.id , 2007
www. wikipedia.org/wiki/Bayat,_Klaten, 2009.
Golek Gerabah Jalan-Jalan Ke Bayat, www. komboran.blogspot.com, 2008.
Mungkinkah Pariwisata Budaya Klaten Bisa Maju?, 2008.
Haryo Damardono, Revolusi Desain Keramik, Bukan Hal Tabu, www. haryodamardono.blogspot.com,
2006.
Karya , Candra Eko Winarno, 2009
Produk dijamin asli.natalia shop
BalasHapusNatalia Shop : Barang yang Kami Tawarkan Semuanya Barang ASLI ORGINAL Ada Garansi Resmi Distributor.
Semua Produk Kami Baru dan Msh Tersegel dLm BOX_nya.
BERMINAT HUB-SMS 0857-1721-2287 ATAU KLIK WEBSET RESMI KAMI http://www.natalia-shop7.blogspot.com/
BlackBerry>Samsung>Nokia>Apple>Acer>Dell>Nikon>DLL
Ready Stock!
BlackBerry 9380 Orlando - Black.
Rp.900.000,-
Ready Stock!
BlackBerry Curve 8520 Gemini.
Rp.500.000,-
Ready Stock!
BlackBerry Bold 9780 Onyx 2.
Rp.800.000,-
Ready Stock!
Blackberry Curve 9320.
Rp.700.000,-
Ready Stock!
Samsung Galaxy Note 10.1.
Rp.2,500.000
Ready Stock!
Samsung Galaxy Tab 2 (7.0).
Rp. 1.000.000
Ready Stock!
Samsung Galaxy S III Mini.
Rp.1.800.000
Ready Stock!
Samsung Galaxy Nexus I9250 - Titanium Si.
Rp.1.500.000,-
Ready Stock!
Samsung Galaxy Note 2.
Rp.2.400.000
Ready Stock!
Samsung Galaxy Note N7000 - Pink.
Rp.1.700.000
Ready Stock!
Samsung Galaxy Y S5360 GSM - Pure White.
Rp.500.000,-
Ready Stock!
Nokia Lumia 800 - Matt Black.
Rp.1.700.000,-
Ready Stock!
Nokia Lumia-710-white
Rp. 900.000,-
Ready Stock!
Nokia C2-06 Touch & Type -
Dual GSM
Rp.450.000,-
Ready Stock!
Nokia Lumia 710 - Black.
Rp. 900.000,-
Ready Stock!
Apple iPhone 4S 16GB (dari XL) - Black.
Rp.1.200.000,-
Ready Stock!
Apple iPhone 4S 16GB (dari Telkomsel).
Rp.1.200.000,-
Ready Stock!
Apple iPod Touch 4 Gen 8GB.
Rp.700.000
Ready Stock!
APPLE iPod Nano 8GB - Pink.
Rp.500.000,-
Ready Stock!
Acer Aspire 4755G Core i5 2430 Linux Blue.
Rp 1.700.000
Ready Stock!
Acer Aspire One AOD270 10.1.
Rp. 1.000.000,-
Ready Stock!
Acer TravelMate TM8481-2462G32.
Rp. 1.400.000
Ready Stock!
Acer ICONIA Tab W500 10.1" Tablets Notebook.
Rp. 1.100.000,-
Ready Stock!
Nikon D7000 kit 18-105mm.
Rp.1.700.000
Ready Stock!
Nikon D90 Kit 18-105mm Vr.
Rp 1.300.000
Ready Stock!
Nikon Coolpix L 120 Red.
Rp. 900.000
Ready Stock!
Nikon Coolpix P 500 Black.
Rp 1.000.000